Pertanyaan
:
1. Jelaskan keterkaitan
gametogenesis pada manusia dengan tujuan sistem reproduksi.
2. Jelaskan proses berikut yang
berhubungan dengan proses reproduksi pada manusia secara rinci : menstruasi,
fertilisasi dan gestasi.
Jawab
:
b Jelaskan keterkaitan gametogenesis pada
manusia dengan tujuan sistem reproduksi.
Berkembang
biak merupakan salah satu ciri makhluk hidup sebagai usaha untuk melestarikan
jenisnya. Kita sebagai manusia juga melakukan aktivitas tersebut. Di dunia ini
terdapat dua jenis kelamin manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Pada usia
belasan tahun, seseorang dikatakan memasuki dewasa. Pada usia tesebut, manusia
mampu menghasilkan gamet atau sel kelamin.
Ketika
seorang laki-laki dan perempuan menikah di usia dewasa, setelah terjadinya perkawinan
biasanya akan menghasilkan anak. Dengan demikian, ada usaha memperbanyak diri
atau keturunan dari mereka. Peristiwa tersebut merupakan bentuk reproduksi pada
manusia. Dari suatu pernikahan, setiap pasangan tentu ingin mendapatkan
keturunan (anak). Dengan memiliki keturunan, maka orang tua, yaitu ayah dan ibu
dapat mewujudkan harapan-harapannya. Selain itu, tujuan yang lebih penting
adalah dapat melestarikan jenisnya.
Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin). Gametogenesis
dibagi menjadi dua, yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Spermatogenesis adalah
proses pembentukan gamet jantan (sperma), sedangkan oogenesis adalah proses
pembentukan gamet betina (ovum). Sifat kelamin pria dan wanita ditentukan secara genetik oleh kombinasi
kromosom.
Pada pria : 46XY (sering disebut juga 44+XY)
Pada wanita : 46XX (sering disebut juga 44+XX)
Pada wanita : 46XX (sering disebut juga 44+XX)
v Sel-sel gamet
Sel-sel yang berperan pada peristiwa reproduksi menjadi bakal keturunan
selanjutnya. Disebut juga sel benih.
Pada pria : sel sperma
Pada wanita : sel telur / ovum
Pada wanita : sel telur / ovum
a) Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus.
Spermatogonesis memakan waktu 65–75 hari di dalam tubuh pria. Di dalam tubulus seminiferus,
terdapat banyak sel induk sperma (spermatogonium). Spermatogonium bersifat diploid (2n), mengandung 46 kromosom.
Spermatogonium akan membelah secara mitosis menjadi spermatosit primer. Spermatosit ini
akan membelah pula secara meiosis menjadi dua spermatosit sekunder yang bersifat haploid
(n). Haploid (n) artinya mengandung 23 kromosom atau setengah dari sel induk. Kemudian,
setiap spermatosit sekunder akan membelah lagi secara meiosis menjadi
dua spermatosit sehingga
terbentuklah empat spermatid. Sel-sel spermatid tersebut akan mengalami pendewasaan
menjadi sperma.
Proses
pembentukan sperma bermula dari pembelahan secara mitosis dari sel-sel
spermatogonia, selanjutnya sel-sel spermatogonia mengalami perkembangan menjadi
spermatosit primer. Spermatosit primer masih bersifat diploid
dan memiliki kromosom sebanyak 23 pasang. Melalui pembelahan
secara meiosis tahap I, maka spermatosit primer yang diploid itu akan menghasilkan
spermatosit sekunder yang bersifat haploid.
Sel benih primordial berkembang
menjadi spermatogonium kemudian menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer ini kemudian
mengadakan mitosis untuk memperbanyak diri terus menerus. Kemudian hasil akhir
pembelahan tersebut menjalani proses miosis pertama menjadi spermatosit
sekunder. Setelah itu spermatosit
sekunder menjalani proses miosis kedua menjadi spermatid.
Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut sebagaispermiogenesis.
Pada proses spermiogenesis, terjadi beberapa proses penting :
1. badan dan inti sel spermatid menjadi "kepala" sperma
2. sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorpsi
3. terjadi juga pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor
4. kepala sperma diliputi akrosom.
Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa. Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y. Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa masuk ke dalam rongga tubulus seminiferus, kemudian akibat kontraksi dinding tubulus spermatozoa terdorong ke arah epididimis. Suasana keseimbangan asam-basa dan elektrolit yang sesuai di intratubulus dan epididimis memberikan spermatozoa kemampuan untuk bergerak (motilitas sperma).
Perkembangan selanjutnya dari spermatid menjadi sel sperma dewasa disebut sebagaispermiogenesis.
Pada proses spermiogenesis, terjadi beberapa proses penting :
1. badan dan inti sel spermatid menjadi "kepala" sperma
2. sebagian besar sitoplasma luruh dan diabsorpsi
3. terjadi juga pembentukan leher, lempeng tengah dan ekor
4. kepala sperma diliputi akrosom.
Hasil akhir proses ini adalah sel-sel sperma dewasa yaitu spermatozoa. Karena terjadi pemisahan pasangan kromosom, suatu sel sperma akan mengandung kromosom separuh dari induknya (44+XY) yaitu kemungkinan 22+X atau 22+Y. Setelah terbentuk sempurna, spermatozoa masuk ke dalam rongga tubulus seminiferus, kemudian akibat kontraksi dinding tubulus spermatozoa terdorong ke arah epididimis. Suasana keseimbangan asam-basa dan elektrolit yang sesuai di intratubulus dan epididimis memberikan spermatozoa kemampuan untuk bergerak (motilitas sperma).
a) Oogenesis
Pada
wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera berdiferensiasi
menjadi oogonium. Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis, dan pada
akhir perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh
selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya
menjadi sel folikuler.
Sebagian
besar oogonium terus mengalami mitosis, sebagian lain berdiferensiasi dan
tumbuh membesar menjadi oosit primer. Oosit primer kemudian mengadakan
replikasi DNA dan memasuki proses miosis pertama sampai tahap profase.
Pada
bulan ke-5 sampai ke-7, jumlah oogonium diperkirakan mencapai 5-7 juta sel.
Pada saat itu sel-sel mulai berdegenerasi, sehingga banyak oogonium dan oosit
primer berhenti tumbuh dan menjadi atretik.
Tetapi
oosit primer yang telah memasuki tahap profase miosis pertama tetap bertahan
pada stadiumnya dengan dilapisi sel folikuler epitel gepeng (selanjutnya oosit
primer dengan sel folikuler ini disebut sebagai folikel primordial). Folikel primordial tetap pada
stadiumnya (disebut fase istirahat/ fase diktioten / diplotene stage), sampai
sesudah kelahiran dan menjelang pubertas. Jumlahnya pada saat kelahiran sekitar
700 ribu - 2 juta folikel.
Pada
masa pubertas, sambil mulai terbentuknya siklus menstruasi, folikel primordial
/ oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Pada saat ovulasi suatu
siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum terjadinya perdarahan haid
berikutnya, hanya satu sel folikel yang mengalami pematangan sampai tingkat
lanjut dan keluar sebagai ovum yang siap dibuahi.
Pertumbuhan
/ pematangan diawali dengan pertambahan ukuran oosit primer / folikel
primordial menjadi membesar, dan sel-sel epitel selapis gepeng berubah menjadi
kuboid dan berlapis-lapis. Pada
tingkat pertumbuhan ini, oosit primer bersama lapisan epitelnya disebut bereda
dalam stadium folikel primer. Awalnya oosit primer berhubungan erat dengan sel
folikuler kuboid yang melapisinya, namun selanjutnya terbentuk suatu lapisan
mukopolisakarida yang membatasi / memisahkan di antaranya, yang disebut zona
pellucida. Kemudian terbentuk juga suatu
rongga dalam lapisan folikuler (antrum folikuli) yang makin lama makin besar. Tetapi sel-sel folikuler yang
berbatasan dengan zona pellucida oosit primer tetap utuh dan menjadi cumulus
oophorus. Stadium perkembangan ini
disebut stadium folikel sekunder.
Kemudian
antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler
mulai dilapisi oleh dua lapisan jaringan ikat yaitu teka interna (lapisan
seluler, sebelah dalam, yang kemudian menghasilkan hormon estrogen) dan teka
eksterna (lapisan fibrosa, sebelah luar). Pada stadium ini, folikel
disebut sebagai berada dalam stadium sudah matang, disebut sebagai folikel
tersier atau folikel deGraaf.
Setelah
tercapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan miosis kedua
dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung jumlah DNA
sebanyak separuh sel induk (23 tunggal). Tetapi hanya SATU sel anak
yang tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel anak lainnya hanya menjadi
badan kutub (polar body) yang tidak tumbuh lebih lanjut.
Pada
saat oosit sekunder mencapai stadium pembentukan kumparan (coiling) terjadilah OVULASI di mana oosit tersebut
dilepaskan dari folikel deGraaf, bersama dengan lapisan cumulus oophorus dari
sel folikular dan lapisan zona pellucida. Susunan cumulus oophorus di
sekeliling zona pellucida kemudian menjadi corona radiata. Folikel bekas tempat
oosit kemudian di bawah pengaruh hormon LH hipofisis akan menjadi korpus luteum
yang kemudian menghasilkan hormon progesteron. Kemudian, oleh gerakan
kontraksi dinding tuba dan ayunan serabut-serabut fimbriae dinding tuba, oosit
tersebut ikut terbawa ke arah uterus. Di dalam tuba inilah terdapat kemungkinan
terjadinya pembuahan dengan sel sperma.
Jika
terjadi pembuahan, oosit sekunder menyelesaikan stadium pembelahan pematangan
keduanya sampai menjadi oosit matang, kemungkinan dengan menghasilkan satu buah
polar body lagi. Sementara polar body hasil pembelahan sebelumnya diperkirakan
juga mengadakan satu pembelahan lagi.
Jika
terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon
progesteron yang dihasilkannya berfungsi mempertahankan keseimbangan hormonal
selama masa-masa awal kehamilan. Jika
tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan mengalami degenerasi dalam waktu
sekitar 24-48 jam pasca ovulasi. Jika
tidak terjadi pembuahan dan kehamilan, sampai dengan 9-10 hari sesudah ovulasi
korpus luteum akan berdegenerasi dan mengalami fibrosis menjadi korpus
albikans. Akibat degenerasi ini
produksi progesteron juga menurun, menjadi stimulasi untuk terjadinya
perdarahan haid berikutnya.
Hasil
akhir oogenesis normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan 1-3 buah
polar bodies. Kromosom yang dikandung oleh oosit adalah separuh dari induknya,
yaitu 23+X.
Fungsi
hormon FSH adalah:
a. mengatur proses pertumbuhan sel telur;
b. menghasilkan hormon estrogen, hormon
estrogen pada kadar tertentu
dapat menghambat produksi hormon FSH;
c. mempengaruhi sel-sel folikel yang
berfungsi untuk memberi nutrien pada
sel telur.
b Jelaskan proses berikut yang berhubungan
dengan proses reproduksi pada manusia secara rinci : menstruasi, fertilisasi
dan gestasi.
a. Siklus menstruasi
Setiap
bulan, seorang wanita normal yang sudah memasuki masa akil
balig atau dewasa akan mengalami
menstruasi. Siklus menstruasi
mengacu kepada perubahan yang muncul di dalam uterus. Rata-rata siklus menstruasi pada wanita sekitar 28 hari.
Menstruasi adalah peristiwa luruhnya sel telur yang tidak
dibuahi yang sudah menjadi mati bersama-sama dengan selaput lendir dinding
rahim yang merupakan lapisan yang kaya pembuluh darah. Menstruasi terjadi
karena sel telur yang dilepaskan folikel tidak dapat dibuahi oleh sel sperma.
Siklus menstruasi terdiri atas tiga fase,
yaitu fase menstruasi,
fase proliferasi, dan fase
sekretori. Fase menstruasi merupakan fase
pada saat terjadi peluruhan dinding uterus yang menebal (endometrium).
Endometrium yang luruh tersebut merupakan proses menstruasi (keluarnya darah
dari vagina). Fase menstruasi hanya terjadi dalam beberapa hari saja (4–7hari).
Menstruasi menyebabkan dinding uterus menjadi tipis seperti semula. Setelah 1–2
minggu, dinding uterus kembali menebal. Proses ini terjadi pada fase
proliferasi. Fase terakhir dari siklus menstruasi adalah fase sekretori. Fase
sekretori berlangsung selama dua minggu. Pada fase ini, endometrium semakin
menebal, kaya akan pembuluh darah. Apabila tidak terjadi implantasi
embrio pada endometrium, maka endometrium akan luruh.
Hal ini akan mengawali terjadinya kembali siklus menstruasi.
Pada
saat terjadi siklus menstruasi, berlangsung pula siklus
ovarium. Siklus ini, terdiri atas tiga
fase, yaitu fase folikular,
fase ovulasi, dan fase
luteal.
- Fase
Proliferasi/fase Folikuler ditandai
dengan menurunnya hormone progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis
untuk mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat
membuat hormone estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang
menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormone estrogern
yang merangsangnya keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat
sekersei FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek.
- Fase
Ovulasi/fase Luteal ditandai
dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah
mentruasi 1. Sel ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel
aka mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi
untuk menghasilkan hormone progesteron yang berfungsi untuk mempertebal
dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
- Fase pasca ovulasi/fase Sekresi ditandai dengan Corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi Corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormone estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekresikan FSH dan LH. Dengan terhentinya sekresi progesteron maka penebalan dinding endometrium akan terhenti sehinggamenyebabkan endometrium mengering dan robek. Terjadilah fase pendarahan/menstruasi.
Siklus menstruasi dan siklus ovarium sangat dipengaruhi oleh
hormon. Hormon tersebut berpengaruh terhadap perkembangan folikel, ovulasi, dan
penebalan dinding rahim. Terdapat lima jenis hormon yang berperan dalam siklus
menstruasi dan siklus ovarium. Kelima hormon tersebut adalah Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), estrogen, dan
progesteron. Pada
fase folikular dari siklus ovarium, hipotalamus akan mengeluarkan GnRH yang
akan merangsang sekresi hormon FSH dan LH. FSH akan merangsang perkembangan
folikel yang akan menyekresikan estrogen. LH sendiri menyebabkan terjadinya
ovulasi dan pembentukan corpus luteum. Corpus luteum akan menyekresikan hormon estrogen
dan progesteron. Kadar estrogen akan meningkat pada hari ke-12 siklus. Hal ini
akan menyebabkan peristiwa ovulasi pada hari ke-14 siklus.
Produksi estrogen dan progesteron akan mencapai puncaknya pada hari
ke-22 siklus. Apabila tidak terjadi pembuahan, kadar estrogen dan progesteron yang
tinggi akan menghambat produksi FSH dan LH. Turunnya kadar LH akan menyebabkan luruhnya
corpus luteum sehingga kadar estrogen dan progesteron pun menurun. Hal ini
mengawali siklus menstruasi yang baru. Kejadian seperti ini akan terjadi
berulang-ulang, lalu berhenti untuk sementara waktu pada saat terjadinya kehamilan,
lalu akan terjadi lagi setelah kelahiran.
Mengapa
seorang wanita yang sudah menopouse (tidak mengalami haid lagi) tidak dapat
menghasilkan sel telur? Hal ini terjadi karena semua oosit primer yang
terbentuk akan mengalami deradasi. Usia menopouse berkisar antara 45-50 tahun
ke atas. Pada saat itu banyak perubahan yang dialami oleh seorang wanita.
Berbagai gejolak terjadi, antara lain adalah mudah, murah, mudah tersinggung,
cemas, cepat letih, dan sulit bernapas. Pada satu di antara delapan wanita,
gejala ini akan terjadi cukup parah sehingga perlu pengobatan secara medis.Pada
saat seorang wanita mengalami menopouse dikatakan indung telurnya mengalami
masa pensiun secara gen dan progesterone pun juga akan berhenti. Akibatnya akan
terjadi beberapa hal pada wanita, antara lain dapat mengalami kecenderungan
tulang keropos (osteoporosis).
Selain itu, peluang untuk mendapat serangan jantung lebih besar. Berdasarkan hal
ini berarti dapat kita ketahui bahwa indung telur tidak hanya sekedar pabrik
penghasil sel-sel telur saja, tetapi lebih dari itu merupakan satu organ tubuh
yang penting, walaupun seorang wanita dapat hidup namun tidak normal tanpa
memiliki indung telur ini.
a. Fertilisasi
Fertilisasi
adalah proses peleburan antara sel telur dengan spermatozoa.
Ketika sel telur dilepaskan dari folikel di dalam ovarium, maka sel telur akan
menuju ke tuba fallopi (saluran
oviduk). Apabila pada keadaan tersebut terjadi
hubungan seksual, maka spermatozoa akan dapat membuahi ovum dalam saluran tuba
fallopi tersebut.
Spermatozoa
akan bergerak dengan bantuan bagian ekornya. Pergerakan tersebut dapat mencapai
12 cm per jam di sepanjang tuba fallopi (saluran oviduk). Pergerakan
spermatozoa dibantu juga oleh pergerakan dinding rahim dan dinding tuba falopi.
Mulut rahim juga mengeluarkan cairan atau lendir encer agar spermatozoa dapat
berenang dengan lancar dalam rahim menuju saluran telur untuk menemui dan
membuahi sel telur. Kejadian ini dapat digambarkan seperti seseorang yang
berenang di sungai yang searah dengan arus sungai itu, sehingga perenang akan
lebih cepat tiba di tempat tujuan.
Spermatozoa
bergerak melintasi saluran tuba falopi dengan kecepatan 12 cm per jam. Untuk dapat membuahi sel telur, jumlah
spermatozoa tidak boleh kurang dari 20 juta. Dari jumlah tersebut
hanya satu yang akan membuahi sel telur, dan yang lain akan mati dan
terserap oleh tubuh. Ibarat perlombaan, hanya satu yang akan menjadi pemenang, dan
itulah yang akan membuahi sel telur.
Sesaat
sebelum terjadinya fertilisasi, sperma melepaskan enzim pencerna
yang bernama hialuronidase yang
bertujuan untuk melubangi protein penyelubung telur. Setelah dinding sel
telur berlubang, maka sel sperma masuk ke dalam sel telur. Bagian yang
masuk adalah kepala dan bagian tengah, sedangkan ekor dari sel sperma
terputus dan tertinggal. Akhirnya, terjadilah pembuahan itu.
Dari pembuahan tersebut akan dihasilkan
zigot yang bersifat diploid dan memiliki kromosom sebanyak 23
pasang atau 46 kromosom di antaranya
44 kromosom tubuh dan 2 kromosom kelamin. Di dalam 46
kromosom ini terdapat semua rumus
untuk membentuk seorang manusia.
Apabila perjalanan yang dilakukan zigot
normal, dalam waktu 6 hari zigot sudah tertanam di dalam dinding rahim. Tetapi
pada kasus yang tidak normal, dapat terjadi pergerakan zigot di sepanjang tuba
falopi terlalu lambat dan bahkan zigot terhambat, akhirnya akan tertanam di
dinding tuba falopi. Keadaan ini sering disebut dengan istilah hamil di luar
kandungan.
Jika ini
terjadi maka zigot tidak akan dapat tumbuh dengan normal, dan jika terjadi
pertumbuhan pada zigot maka keadaan ini akan membahayakan ibunya, karena janin
tersebut akan dapat memecahkan saluran tuba falopi. Semakin cepat kelainan ini
diketahui semakin baik hasil penanggulangannya.
Tahap-tahap
pembelahan zigot dimulai dari morula, kemudian
berkembang menjadi blastula,
selanjutnya blastula ini akan bergerak ke bagian rahim (uterus) dan sesampainya
di rahim zigot yang aktif membelah akan mengebor lapisan lendir rahim dengan
menggunakan enzim yang dapat melebur sel-sel pada lapisan tesebut. Proses
pengeboran ini dapat terjadi selama 4 - 5 hari, kemudian blastula akan tertanam
pada dinding rahim. Peristiwa ini disebut implantasi,
yang terjadi setelah 1 minggu terjadinya fertilisasi. Pada saat ini, korpus
iuteum menghasilkan hormon progesteron, yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan rahim. Setelah terjadi perlekatan zigot di dalam dinding rahim,
hormon estrogen dan progesteron mengatur agar menstruasi tidak terjadi.
Blastula meneruskan pembelahan secara terus menerus yang menghasilkan gastrula,
kemudian menjadi embrio dan akhirnya embrio akan berkembang menjadi janin di
dalam rahim. Pada proses awal pembentukan zigot sampai tertanamnya di dalam rahim
merupakan masa kritis, artinya kesalahan kecil sekalipun dapat berakibat fatal.
Semua sistem terkait harus berjalan dengan tepat demi kelangsungan hidup
sel-sel janin tersebut.
a.
Gestasi (Kehamilan)
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa setelah terbentuknya zigot, maka zigot akan
membelah terus untuk membentuk embrio yang kemudian tertanam di dalam rahim. Sewaktu
berada di dalam rahim, embrio ini juga selalu membelah dan mengalami
perkembangan untuk membentuk janin (fetus). Tingkat
perkembangan tersebut dapat dilihat pada uruturutan. Jika diperhatikan akan terlihat
sebenarnya pada tahap awal, bentuk embrio manusia tidak jauh berbeda dari
bentuk embrio hewan vertebrata lain, yaitu mirip kecebong yang memiliki
panjangnya 5 mm. Tahap blastulasi terjadi pada minggu pertama setelah
fertilisasi.
Pada saat
ini embrio masih sangat kecil. Walaupun dalam kurun waktu itu ia telah terdiri
atas ratusan sel-sel kecil yang berkumpul membentuk bola kecil yang berukuran
hampir sama dengan kepala jarum pentul. Pada proses pembentukan blastula,
sel-sel membelah dengan cepat dan terjadi migrasi sel di dalam embrio, yang
membentuk dua bagian utama, yaitu embrio yang nantinya berkembang menjadi janin
dan membran ekstra embrio yang nantinya membentuk plasenta, amnion, dan tali pusar.
Ketiga bagian ini berfungsi untuk menunjang kehidupan janin, antara lain:
a. untuk
memberikan nutrisi,
b.
pertukaran gas, dan
c. menahan
goncangan.
Plasenta
juga dapat menghasilkan hormon-hormon tertentu, antara lain mengatur hormon
kelenjar dan relaksin yang berfungsi untuk fleksibilitas simfibis pubis dan
organ-organ lain di daerah tersebut sehingga mempermudah kelahiran. Setelah
itu, dilanjutkan dengan proses gastrulasi yang terjadi pada minggu ke-3. Pada
proses gastrulasi, jaringan sudah membentuk 3 lapisan, yaitu lapisan ektodermis,
mesodermis, dan endodermis.
Ketiga lapisan jaringan tersebut akan mengalami diferensiasi dan spesialisasi
membentuk organ dan sistem organ.
1)
Lapisan ekstroderm akan
membentuk organ-organ seperti saraf, hidung, mata, kelenjar kulit dan berkembang
menjadi jaringan epidermis.
2) Lapisan
mesoderm akan berkembang membentuk organ ginjal,
limpa, kelenjar kelamin, jantung, pembuluh darah, getah bening, tulang dan otot.
3)
Lapisan endoderm akan
membentuk organ hati, pankreas, saluran pencernaan, saluran pernapasan, kelenjar
gondok, dan anak gondok .
Fase itu
disebut fase organogenesis.
Fase ini terjadi pada minggu ke-4 s.d. minggu ke-8.
Pada saat
janin berusia 14 minggu, organ sudah terbentuk lengkap. Janin terus mengalami
pertumbuhan dan penyempurnaan pada bagian-bagian organ tubuhnya, hingga usia 9
bulan 10 hari sebagai usia yang normal bagi bayi untuk dilahirkan. Kadar hormon
estrogen pada seorang wanita yang hamil sedikit. Hormon estrogen ini akan
membantu kontraksi uterus. Selain itu, dihasilkan pula hormon oksitosin yang
fungsinya sama seperti estrogen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar